Selasa, 10 Desember 2013

Karya Muhyiddin Ibnu Arabi (Pendahulu Syekh Siti Jenar)



 Buku Tentang Tasawuf Yang Penting untuk Anda Miliki


Resensi:

Buku ini, Pustaka Keraton Cirebon, adalah hasil alih aksara dan alih bahasa dari Naskah Kuna milik Keraton Kacirebonan yang diberi judul  Hill al-Rumūz wa Mafātīh al-Kunūz (Pembuka Rumus dan Kunci Perbendaharaan) – sebagian peneliti memberi judul Lajang Kawroeh Bab Kabatinan – yang di susun oleh Ibnu Arabi. Naskah dengan judul ini adalah naskah tunggal yang ada di Nusantara. Sehingga naskah ini menjadi naskah yang unik (Codex Unicus) karena tidak ditemukan di tempat lain, selain di Keraton Kacirebonan. Karena keunikannya itulah, naskah ini mendapatkan perhatian untuk segera diterbitkan dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa.
Saya selaku Ketua Pengelola Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon merasa penerbitan buku ini adalah sebuah pengabdian lembaga ini kepada masyarakat Cirebon pada khususnya dan Nusantara pada umumnya. Buku ini dapat menjadi rujukan pokok bagi para peneliti tasawuf, para peneliti wahdatul wujūd, dan para peneliti Ibnu Arabi yang selama ini masih merasa kekurangan dalam hal referensi yang otentik dan langsung dari sumber aslinya.
Buku yang kecil ini akan menjadi pintu yang amat luas dan lebar bagi kita untuk memasuki ranah dan alam tasawuf, terutama wahdatul wujūd, yang menjadi motor pergerakan para wali dalam penyebaran Islam di Nusantara. Jika Syekh Siti Jenar dengan wahdatul wujūdnya menuai ‘petaka’ di ujung keris milik Sunan Gunungjati, maka buku ini mengisahkan tentang ‘petaka’ yang dialami oleh Syekh Manshur al-Hallaj di Baghdad. Sebuah kisah yang dapat menguras seluruh kemampuan kita untuk berfikir tentang kebenaran dan kesesatan dari suatu aliran dan paham dalam Islam.
Bagaimana Ibnu Arabi melihat pengadilan wahdatul wujūd terhadap Syekh Manshur al-Hallaj, yang mungkin bisa dianalogikan untuk kasus Syekh Siti Jenar? Bagaimana Ibnu Arabi memandang kebenaran dan kesesatan dalam masalah ini? Dimana posisi pemikiran Ibnu Arabi  dalam wahdatul wujūd? Dan apakah wahdatul wujūd itu? Rasanya kita perlu membaca buku ini dengan berulang kali guna menemukan jawaban yang kita harapkan, karena sebenarnya pengetahuan kita tentang masalah ini bagai sebutir debu halus yang terbang dihembus angin.
Pustaka Keraton Cirebon merupakan buku yang berasal dari naskah Keraton Kacirebonan yang diberi judul oleh sebagian peneliti dengan “Lajang Kawroeh Bab Kabatinan” dan diberi kode 02, dan oleh Puslitbang Lektur Kementerian Agama Republik Indonesia dengan kode KCR_19, di dalam teksnya sendiri berjudul “Hill al-Rumūz wa Mafātīh al-Kunūz: Pembuka Rumus dan Kunci Perbendaharaan, yang merupakan hasil terjemahan (translasi) dan alihaksara (transliterasi) dari Naskah Keraton Kacirebonan, yang berbahasa dan beraksara Arab, berharkat, dan bermakna Gandul (Glosari Antarbaris).
Sebuah nama, baik nama buku ini atau pun nama naskah aslinya, memberi kunci kepada kita untuk memasuki kekayaan inteletual, spiritual, dan virtual, yang luar biasa dari seorang Ibnu Arabi, yang dapat menyadarkan betapa emosi dan kecerdasan harus terus dikembangkan dan ditumbuhkan untuk mencapai kesempurnaan pengetahuan. Jika pun kesempurnaan itu merupakan kemustahilan bagi makhluk yang bernama manusia, setidaknya kita dapat mengembangkan diri dalam akal (intelektual), hati (virtual), dan rasa (spiritual) untuk lebih mendekati tujuan penciptaannya, yaitu seorang yang baik, muhsin. Dengan kata lain, menjadi orang yang berihsan seperti yang diamanatkan dalam hadis nabi yang terkenal dan sahih, Anta’budallāha ka annaka taraāhū, fain lam takun tarāahu, fa innahū yarāka. Yang artinya: bahwasanya kamu menyembah Allah swt seolah-olah kamu melihat-Nya, jika pun kamu tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.
Dari sinilah, hampir semua sufi itu mengawali pemikirannya untuk menggarap proyek revitalisasi kesucian hati sufi dengan takhalli, meruntuhkan bangunan dosa yang telah lapuk dan koyak. Sehingga tercapailah tahalli, berhias kebaikan, seperti yang telah diamanahkan oleh hadis tersebut untuk tegak dan kokohnya kerajaan hati insani, yaitu manusia yang berihsan, penuh kebaikan hakiki.
Dalam naskah ini, dengan kecerdasan akalnya, Ibnu Arabi, mampu menggugah pemahaman kita terhadap ayat dan hadis yang selama ini telah diterjemahkan secara takwili dan ditafsiri secara konvensional melalui aturan penafsiran yang baku. Sehingga, penafsiran yang dilakukan oleh Ibnu Arabi terhadap hadis dan ayat yang ada di dalam naskah ini memberikan gedung perbendaharaan makna yang betul-betul melapangkan intelektual, mencerahkan spiritual, dan menegaskan virtual yang kaya dan segar dengan penafsiran dan takwilan yang penuh dengan ide khas dan cemerlang.
Dengan kecerdasan hatinya, Ibnu Arabi membukakan tabir tipis yang menghalangi jiwa kita dengan tuntunan dzikir “” yang diajarkannya. Dengan kecerdasan rasanya, Ibnu Arabi merobohkan dinding sir dengan kidung cinta dan syair fana yang ditembangkan pada setiap penutupan pembahasan dan di akhir setiap pasal. Sebuah kidung yang memang penuh pujian terhadap cinta yang agung. Agung karena objek cintanya adalah Allah Yang Maha Agung.

Penulis:
Muhamad Mukhtar Zaedin
Dr. Harapandi Dahri, M.Ag

Harga:
Rp. 152.000,- (belum termasuk ongkos kirim)

Tebal buku:
713 halaman

Ukuran buku:
B5  

Pemesanan Hubungi:
Irman Rahmat Hp. 087744419137 - 081321866331