Buku Tentang Tasawuf Yang Penting untuk Anda Miliki
Resensi:
Buku ini, Pustaka Keraton Cirebon, adalah
hasil alih aksara dan alih bahasa dari Naskah Kuna milik Keraton Kacirebonan
yang diberi judul Hill
al-Rumūz wa Mafātīh al-Kunūz (Pembuka Rumus dan Kunci Perbendaharaan) – sebagian
peneliti memberi judul Lajang Kawroeh Bab Kabatinan – yang di susun oleh Ibnu
Arabi. Naskah dengan judul ini adalah naskah tunggal yang ada di Nusantara. Sehingga
naskah ini menjadi naskah yang unik (Codex Unicus) karena tidak
ditemukan di tempat lain, selain di Keraton Kacirebonan. Karena keunikannya
itulah, naskah ini mendapatkan perhatian untuk segera diterbitkan dalam bentuk
alih aksara dan alih bahasa.
Saya selaku Ketua Pengelola
Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon merasa penerbitan buku
ini adalah sebuah pengabdian lembaga ini kepada masyarakat Cirebon pada khususnya
dan Nusantara pada umumnya. Buku ini dapat menjadi rujukan pokok bagi para
peneliti tasawuf, para peneliti wahdatul wujūd, dan para peneliti Ibnu
Arabi yang selama ini masih merasa kekurangan dalam hal referensi yang otentik
dan langsung dari sumber aslinya.
Buku yang kecil ini akan
menjadi pintu yang amat luas dan lebar bagi kita untuk memasuki ranah dan alam
tasawuf, terutama wahdatul wujūd, yang menjadi motor pergerakan para
wali dalam penyebaran Islam di Nusantara. Jika Syekh Siti Jenar dengan wahdatul
wujūdnya menuai ‘petaka’ di ujung keris milik Sunan Gunungjati, maka buku
ini mengisahkan tentang ‘petaka’ yang dialami oleh Syekh Manshur al-Hallaj di
Baghdad. Sebuah kisah yang dapat menguras seluruh kemampuan kita untuk berfikir
tentang kebenaran dan kesesatan dari suatu aliran dan paham dalam Islam.
Bagaimana
Ibnu Arabi melihat pengadilan wahdatul wujūd terhadap Syekh Manshur
al-Hallaj, yang mungkin bisa dianalogikan untuk kasus Syekh Siti Jenar?
Bagaimana Ibnu Arabi memandang kebenaran dan kesesatan dalam masalah ini?
Dimana posisi pemikiran Ibnu Arabi dalam
wahdatul wujūd? Dan apakah wahdatul wujūd itu? Rasanya kita perlu
membaca buku ini dengan berulang kali guna menemukan jawaban yang kita
harapkan, karena sebenarnya pengetahuan kita tentang masalah ini bagai sebutir
debu halus yang terbang dihembus angin.
Pustaka Keraton Cirebon merupakan buku yang berasal dari naskah Keraton
Kacirebonan yang diberi judul oleh sebagian peneliti dengan “Lajang Kawroeh Bab
Kabatinan” dan diberi kode 02, dan oleh Puslitbang Lektur Kementerian Agama
Republik Indonesia dengan kode KCR_19, di dalam teksnya sendiri berjudul “Hill
al-Rumūz wa Mafātīh al-Kunūz: Pembuka Rumus dan Kunci Perbendaharaan, yang
merupakan hasil terjemahan (translasi) dan alihaksara (transliterasi) dari
Naskah Keraton Kacirebonan, yang berbahasa dan beraksara Arab, berharkat, dan
bermakna Gandul (Glosari Antarbaris).
Sebuah
nama, baik nama buku ini atau pun nama naskah aslinya, memberi kunci kepada
kita untuk memasuki kekayaan inteletual, spiritual, dan virtual, yang luar
biasa dari seorang Ibnu Arabi, yang dapat menyadarkan betapa emosi dan
kecerdasan harus terus dikembangkan dan ditumbuhkan untuk mencapai kesempurnaan
pengetahuan. Jika pun kesempurnaan itu merupakan kemustahilan bagi makhluk yang
bernama manusia, setidaknya kita dapat mengembangkan diri dalam akal
(intelektual), hati (virtual), dan rasa (spiritual) untuk lebih mendekati
tujuan penciptaannya, yaitu seorang yang baik, muhsin. Dengan
kata lain, menjadi orang yang berihsan seperti
yang diamanatkan dalam hadis nabi yang terkenal dan sahih, Anta’budallāha ka annaka taraāhū, fain lam takun tarāahu, fa innahū yarāka. Yang artinya: bahwasanya
kamu menyembah Allah swt seolah-olah kamu melihat-Nya, jika pun kamu tidak
mampu melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.
Dari
sinilah, hampir semua sufi itu mengawali pemikirannya untuk menggarap proyek
revitalisasi kesucian hati sufi dengan takhalli,
meruntuhkan bangunan dosa yang telah lapuk dan koyak. Sehingga tercapailah tahalli, berhias kebaikan, seperti yang
telah diamanahkan oleh hadis tersebut untuk tegak dan kokohnya kerajaan hati
insani, yaitu manusia yang berihsan, penuh kebaikan hakiki.
Dalam
naskah ini, dengan kecerdasan akalnya, Ibnu Arabi, mampu menggugah pemahaman
kita terhadap ayat dan hadis yang selama ini telah diterjemahkan secara takwili
dan ditafsiri secara konvensional melalui aturan penafsiran yang baku. Sehingga,
penafsiran yang dilakukan oleh Ibnu Arabi terhadap hadis dan ayat yang ada di dalam
naskah ini memberikan gedung perbendaharaan makna yang betul-betul melapangkan
intelektual, mencerahkan spiritual, dan menegaskan virtual yang kaya dan segar
dengan penafsiran dan takwilan yang penuh dengan ide khas dan cemerlang.
Dengan kecerdasan
hatinya, Ibnu Arabi membukakan tabir tipis yang menghalangi jiwa kita dengan tuntunan
dzikir “hū” yang diajarkannya. Dengan kecerdasan
rasanya, Ibnu Arabi merobohkan
dinding sir dengan kidung cinta dan syair fana yang ditembangkan pada setiap penutupan
pembahasan dan di akhir
setiap
pasal.
Sebuah kidung yang memang penuh pujian terhadap cinta yang agung. Agung karena
objek cintanya adalah Allah Yang Maha Agung.
Penulis:
Muhamad Mukhtar Zaedin
Dr. Harapandi Dahri, M.Ag
Harga:
Rp. 152.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
Tebal buku:
713 halaman
Ukuran buku:
B5
Pemesanan Hubungi:
Irman Rahmat Hp. 087744419137 - 081321866331